Baca soal Frugal Mommy dan Frugal Living,
gue jadi inget kebiasaan di rumah waktu kecil. Belajar hemat dari Ibu, gue
lihat Ibu biasa beli kebutuhan rutin rumah tangga dalam jumlah yang cukup untuk
sebulan, atau malah beberapa bulan bila produk tersebut nggak rawan rusak
sebelum habis.
Gue nggak pernah lihat Ibu beli, misalnya, sabun cuci piring,
cuci baju, sampo, pewangi pakaian, dan produk-produk kayak gini dalam sachet kecil
yang buat satu atau beberapa kali pakai saja. Kata Ibu, beli kemasan satu
botol, satu liter atau satu kilogram harganya lebih murah ketimbang kemasan
kecil. Kebiasaan ini kebawa pas gue berumah tangga sendiri.
Yang gue lakukan sekarang:
1. Beli literan atau kiloan. Bahkan untuk
sabun cuci piring dan obat pel yang gue nggak berganti-ganti aroma dan merek, gue
beli dalam kemasan jerigen. Gue itung-itung bisa irit hampir seribu rupiah per
liternya pake cara ini dan belinya cuma 1-2 kali setahun. Ngurangin sampah
kemasan juga, kan?
2. Beli lebih banyak pas harganya didiskon
cukup gede. Terutama buat diaper, susu UHT, sama jus kemasan yang harganya
lumayan juga, ya, sekarang ini *lap keringet*. Untuk jus dan susu, jangan lupa
perhatikan kemampuan konsumsi vs tanggal kadaluarsa. Diaper juga nggak bisa
disimpen kelamaan kalau lingkungan rumah agak lembap. Warnanya bisa berubah
kekuningan dan timbul bercak-bercak. Tapi kayaknya nggak memengaruhi kualitas,
dan gue perhatiin juga bukan jamur, kok.
Diaper kadang diskonnya naik turun dan jumlahnya per
pak berbeda-beda tiap ukuran. Jadi akhirnya gue patok harga per lembar pas diskon,
buka kalkulator dulu tiap mau beli harga promo. Kalau harganya kisaran
1500-1600 rupiah per piece gue beli banyakan buat stok, tapi kalau diatas 2000
rupiah gue akan tunda beli kecuali betul-betul keabisan.
3. Memilih barang-barang yang masa pakainya
lebih lama meski harganya agak lebih mahal. Lampu LED Panasonic terbaru
mengklaim masa hidupnya sampe 25.000 jam. Wah, anggeplah nyala semaleman selama
12 jam, berarti umurnya bisa nyampe 6 tahun, dong. Lumayan juga, ya, beli lampu
seenggaknya cukup 5-6 tahun sekali. Apalagi lampu ini didesain tahan terhadap
tegangan yang nggak stabil dengan range 60-330V. Kalau lampu
lain meredup kala tegangan turun, Panasonic LED tetap terang berkat
adanya Protection Circuit-nya . Meredup itu sinyal lampu
sedang overheat, lho. Kalau sering gini bikin lampu lebih cepat
rusak/mati.
4. Pake promo kartu kredit dan kupon (voucher)
untuk jajan di mal. Tanpa disadari ternyata ngemil cantik kayak beli bubble
tea, kopi, takoyaki, donat, pancake, dan crepes itu kalau di-cut ternyata
bisa menghemat banyak, lho.
5. Khusus untuk barang elektronik, sedapat
mungkin pilih produk yang eco-friendly atau lebih kecil
dayanya. Inilah yang jadi alasan sebaiknya untuk barang-barang tertentu kayak
AC, setrika, dan kulkas mendingan beli barang baru ketimbang bekas. Karena
biasanya walau masih berfungsi dengan baik, barang lama dayanya jauh lebih
tinggi. Demikian juga untuk lampu. Lampu hemat energi bisa menghemat daya
sampai 1/6, bahkan bisa sampai 1/8 dari lampu pijar. Apalagi sekarang ada yang
berwarna kekuningan juga, jadi nggak silau untuk kamar tidur.
Terakhir, sedapat mungkin memilih barang-barang dari pabrik atau produsen yang
menerapkan eco-friendly manufacture. Misalnya seperti pabrik lampu
LED Panasonic di Pasuruan, Jawa Timur yang telah menyuplai lampu LED untuk
pasar Jepang sejak tahun 2010, kemudian pasar Eropa dan Amerika Serikat. Baru
tahun ini justru dipasarkan di Indonesia sendiri.
Pabriknya
dari tahun ke tahun memantau dan meningkatkan level zero emission-nya,
termasuk dari pengurangan konsumsi listrik, pemrosesan limbah, dan penggunaan
material yang bisa didaur ulang. Dari produknya pun sampai saat ini sudah 95%
hanya eco-friendly product. Hanya tersisa 5% produksi lampu TL
(neon) yang masih belum eco. Hebat, ya, sudah dikelola oleh orang
Indonesia sendiri, berstandar tinggi pula! Baru pabrik ini saja yang berani
mengklaim being eco factory di Indonesia.
Gue
pikir meskipun belum bisa berbuat banyak untuk melestarikan lingkungan,
moga-moga dengan mendukung produsen yang eco-friendly seenggaknya
gue bisa sedikiiitt aja punya andil :). Being frugal juga bisa
mengenai lingkungan, kan? Dengan peduli lingkungan dari sekarang, kita bisa
menghemat sumber daya untuk anak cucu kita.
*edited version published at http://mommiesdaily.com/2015/04/01/takut-pelecehan-atau-bullying-terjadi-pada-anak-anda-ini-caranya-bertanya/