Ini daftar buku dan situs yang sudah membantu saya dalam:
Menjalani kehamilan dengan hati tenang
‘9 bulan yang menakjubkan’, tim Ayahbunda
‘Babycentre.com’
‘Titik rawan dalam kehamilan’, tim Ayahbunda
Mengambil keputusan pada masa persalinan
‘Girlfriend’s guide to pregnancy’, Vicki Iovine, Gramedia
‘Babycentre.com’
‘Persalinan normal tanpa rasa sakit’, Bonny Kusumaatmaja, Puspa Warna
‘Titik rawan dalam kehamilan’, tim Ayahbunda
Merawat bayi baru
‘Serba-serbi bayi baru’, tim Ayahbunda
‘Natural baby’, Janet Balaskas, Primamedia Pustaka (Gramedia)
‘Babycare’, Dr. Frances Williams, Erlangga
‘Bayi paling bahagia sedunia’, Harvey Karp, MD
Menyusui
‘Bayi paling bahagia sedunia’, Harvey Karp, MD
‘Babycentre.com’
‘Kiat sukses menyusui’, tim Ayahbunda
Merawat dan mengobati anak sakit
‘www.sehatgroup.web.id’, dr. Purnamawati & para Smart Parents
‘Natural baby’, Janet Balaskas, Primamedia Pustaka (Gramedia)
Mengasuh dan mendidik balita
‘(Secret of the baby whisperer for toddler) Mendidik dan Mengasuh Balita Anda’, Tracy Hogg, Gramedia
‘Toddlercare’, June Thompson, Erlangga
Masalah makan pada balita
‘www.sehatgroup.web.id’, dr. Purnamawati & para Smart Parents
‘Toddlercare’, June Thompson, Erlangga
‘Makanan Pertamaku’
(Beberapa buku atau situs saya masukkan pada dua atau lebih periode yang berbeda karena beberapa informasinya memang mengenai periode-periode yang berlainan).
Wednesday, April 11, 2007
Mitos Yang Biasa Menggagalkan ASI Eksklusif
Berikut ini beberapa mitos yang biasa dilontarkan sebagai alasan gagalnya ASI eksklusif.
Saya baru nemu 7 alasan/mitos, nanti kalao ada tambahan diupdate deh!
1. Hari-hari pertama ASI belum keluar
Hari pertama sampai ketiga setelah melahirkan kadang dibilang ASI kita belum keluar, jadi bayi dikasih susu formula dulu saja. Dulu saya juga ‘tertipu’ pernyataan ini karena kurang pinter. Ternyata setelah baca info kiri-kanan, saya baru tahu kalau dihari-hari pertama itu bayi pun belum butuh ASI banyak-banyak. Karena dia masih membawa ‘kotak makan’ dari dalam rahim berupa cadangan lemak yang cukup sampai 24-36 jam pertama hidupnya.
‘Waktu luang’ ini dibuat supaya kita bisa latihan menyusui dengan tenang sampai produksi ASI mulai lancar. Tapi dari jam-jam pertama kita sudah harus mulai menyusui bayi lho – lebih tepatnya membiarkan bayi terbiasa dengan ‘dot susu’ barunya. Jadi jangan terus ada waktu luang, kita malah males untuk memulai (seperti hari-hari pertama saya dengan Darris. Jangan ditiru!). Karena semakin awal kita belajar menyusui, semakin cepat pula ASI lancar. Lupakan juga susu formula, karena kalau bayi sudah minum susu formula, dia akan kenyang dan kalau sudah kenyang siapa juga yang mau makan lagi. Kita juga kalau sudah kenyang, dikasih makanan enak juga jadi ga selera kan? Padahal tanpa rangsangan dari bayi, ASI jadi kurang lancar.
Akhirnya kayak lingkaran setan:
ASI kurang -> susu formula -> bayi kenyang -> emoh ASI -> ASI tetep kurang (bisa-bisa malah tambah berkurang!).
Kenapa engga dibuat begini:
ASI kurang -> tetep disusukan -> bayi lapar -> tetep kasih ASI (kalau gak ada pilihan lain pas lapar, pasti diembat juga kan?) -> ASI jadi terangsang keluar -> bayi tambah semangat nyusunya -> ASI tambah lancar, bayi kenyang, ibu senang!
Buat ibu-ibu baru, memang agak susah juga ya, gimana tahunya ASI sudah keluar atau belum. Tapi untuk awal-awal mending engga usah jadi pikiran. Yang penting bayi nempel dulu, ASI pasti keluar sendiri meski kita ga sadar. Waktu awal-awal saya menyusui Fidellynne, saya juga engga merasa ASI keluar (padahal sudah anak kedua lho!). Tapi saya ga peduli. Tetap saya kasih ASI sambil makan makanan bergizi dan banyak minum. Di akhir bulan Fidellynne naik 9 ons. Nah, kalau berat badan naik kan pasti cukup ASI kan?
Yang penting, LUPAKAN SUSU FORMULA. Itu SUSU SAPI buat BAYI SAPI. Bayi IBU harus dapat AIR SUSU IBU dong!
2. Tidak ada pengaruh ukuran payudara dengan keberhasilan ASI eksklusif
‘Botol susu’ saya asalnya cuma beda dikit sama telur mata sapi. Waktu hamil nambah cuma senomer, itu juga cup-nya tetep. Di masa menyusui pun banyak yang bilang seperti engga ada isinya. Tapi alhamdulillah Darris dapat ASI sampai umur 20 bulan (sampai saya hamil Fidellynne 8 bulan). Orang lain malah bisa 3-4 kali lipat lebih besar dari ukuran sebelum hamil dan tetep engga berhasil ASI eksklusifnya (padahal udah dimodalin dari sononya...hehehe).
3. Tidak ada beda bayi lahir normal dengan caesar.
Darris lahir normal, Fidellynne lahir lewat jalan tol karena sungsang dan terlilit ari-ari.
Salah satu kekhawatiran saya setelah menjalani operasi caesar adalah bahwa saya akan terlambat melakukan bonding dan hal itu akan mengurangi kelancaran produksi ASI. Namun kekhawatiran saya ternyata tidak terbukti. Segera setelah saya keluar dari ruang pemulihan, saya langsung mencoba memberikan ASI dengan posisi tidur dan ternyata sama sekali tidak ada kendala. Sejak itu Fidellynne tidak pernah lepas dari ASI.
4. Tidak ada beda bayi sudah kenal susu formula/botol sama belum.
Darris dan Fidellynne sama-sama kena susu formula dulu sebelum ASI.
Kalau Darris karena saya belum pinter. Saya engga tahu soal hari-hari pertama yang bayi masih bawa ‘kotak makan’ sendiri itu, jadi saya sempat minta tambahan susu formula (padahal dari RS sudah dikasih air gula yang cukup untuk kebutuhan bayi selama kita belajar menyusui). Tapi sejak hari ketiga, saya full kasih ASI untuk memperkuat ketahanan tubuhnya setelah Darris dinyatakan positif infeksi akibat ketuban keruh. Alhamdulillah, ASI ternyata memang sangat membantu, karena tes berikutnya sudah negatif, meski kompensasinya berat badannya selama bulan pertama engga naik banyak. Mungkin karena sebagian besar pasokan ASI digunakan untuk melawan infeksinya.
Fidellynne dapat susu formula karena ayahnya yang belum pinter. Saya sudah komitmen ASI eksklusif (kalau ASI biasanya dari RS cuma dikasih air gula), eh bapaknya ditanya milih susu formula apa malah menjawab. Akhirnya Fidellynne gak jadi dapat air gula, dapatnya susu sapi. Mana saya tahunya sudah telat lagi. Karena lewat operasi, saya ga bisa segera ketemu Fidellynne. Saya di ruang pemulihan selama 17 jam. Begitu saya masuk kamar inap, Fidellynne langsung saya minta untuk rooming-in (nginap satu kamar, diambil suster cuma untuk dimandikan), dan saya stop susu formulanya. Memang harus dengan posisi tidur menyusuinya. Tapi alhamdulillah engga ada kendala berarti.
5. Tidak ada beda bayi laki-laki dan bayi perempuan.
Ya beda sih jumlah yang diminum dan cara minumnya. Kalo bayi laki-laki minum lebih banyak dan lebih rakus. Tapi disini maksud saya adalah ASI akan selalu cukup engga peduli jenis kelamin bayi kita apa. Kalau menurut pengalaman saya, ketika menyusui bayi laki-laki, saya selalu lapar. Bukan lapar sih, tepatnya kelaparan! Saya jadi makan dua kali porsi normal. Itupun biasanya masih lapar. Tapi pas menyusui bayi perempuan engga begitu. Kesimpulannya, bayi laki-laki atau perempuan ASI tidak akan kurang. Kompensasinya paling-paling kitanya yang harus makan satu gerbong tambahan.
6. Alergi ASI
Rasanya engga mungkin deh bayi alergi ASI. Kalau sampai ada yang namanya ‘alergi ASI’ pastinya umat manusia ga bakalan hidup sampai jaman ini dong!
Yang bener mestinya alergi bahan yang terkandung dalam ASI yang asalnya dari makanan ibu. Lagipula, bukankah dalam ASI masih lebih banyak terkandung zat-zat yang diperlukan bayi daripada susu pabrik? Saya bilang susu pabrik, bukan susu sapi karena biasanya bayi yang alergi engga dikasih susu sapi tapi susu kedelai/soya. Eh, tapi sebagian bayi yang alergi susu sapi, pasti alergi susu kedelai juga lho. Nah kalau begini mesti dikasih apa dong? Coca-cola?
Beberapa bayi daya cernanya masih belum mampu untuk mengurai zat tertentu dari makanan ibu yang ikut masuk dalam ASI, sementara bagi bayi yang lain no problem. Mungkin ini sebabnya kenapa di beberapa kebudayaan ada larangan makan/pantang makanan tertentu bagi ibu menyusui.
Contoh yang paling gampang aja, bayi yang alergi susu sapi akan bereaksi kalau ibunya habis minum susu sapi. Menurut penelitian, protein dalam susu sapi yang diminum sang ibu, sudah ikut masuk ke ASI dalam selang waktu 10 menit. Solusinya ya ibu pantang dulu minum susu sapinya (termasuk susu untuk ibu menyusui). Kalau takut kurang gizi, coba penuhi kebutuhannya dari sumber yang lain. Kandungan susu sapi yang cukup penting umumnya kalsium, vitamin D, dan lemak. Jadi kita tambah aja suplemen kalsium dan vitamin D. Kalau untuk lemaknya apa masih perlu ditambah?..Bukannya masih ada cadangan dari tabungan sembilan bulan kemarin?...hehehe...
Ngomong-ngomong soal alergi nih, untuk bayi yang daya tahannya kurang kalau kena susu sapi selain jadi alergi sama susu sapi juga jadi terpicu untuk alergi terhadap bahan lain (misalnya telur, kacang, buah). Makanya bayi yang semula alergi susu sapi jadi alergi juga sama susu kedelai/soya. Padahal kalau dapat ASI justru dapat zat-zat yang membantu melindungi saluran cernanya dari alergen-alergen tersebut. Oya, bentuk alergi bisa macam-macam. Umumnya sih diare, tapi bisa juga muncul berupa gatal-gatal/kulit merah-merah (urticaria), sesak nafas, batuk-pilek, dsb.
7. Takut tambah gemuk
Memang sih kalau menyusui kita akan makan lebih banyak. Tapi makanan itu engga numpuk jadi lemak kita, melainkan jadi ASI. Justru menyusui malah bikin kita kurus lebih cepat. Pernah nonton serial ‘Desperate Housewife’? Disitu pernah disinggung salah satu teman Lynette Scavo masih menyusui anaknya sampai umur empat tahun (!) cuma sebagai sarana diet. Dia takut kalau sampai stop menyusui, malah jadi harus banyak ke gym untuk jaga berat badan.
Soal kurus lagi, hmm.. saya juga heran nih. Hamil Darris, berat badan saya naik 11 kilo (53 kg -> 64 kg). Habis melahirkan jadi 54 kg, terus naik lagi 57 kg. Lewat masa ASI eksklusif, stabil di 54-55 kg. Berarti berat badan saya cepat kembali normal, kan? Nah, tapi celana jeans boot-cut kesayangan saya kok belum cukup juga ya? Malah celana cargo yang masih saya pakai saat hamil 7 bulan juga masih ga cukup. Setelah Darris setahun lebih, saya baru bisa pakai lagi jeans boot-cut itu.
Hamil Fidellynne berat saya cuma naik tujuh kilo (54 kg -> 61 kg) dan saya harus relain si boot-cut lagi. Tapi ketika si adik umur empat bulan berat saya cuma 52 kg. Hmmm, bikin iri ya? Jangan deh, soalnya si boot-cut kesayangan tetep belum cukup! Kayaknya saya masih harus nunggu delapan bulan lagi untuk berjeans ria.
Kesimpulannya berat badan turun bukan berarti bentuk badan kembali normal. Mungkin bener yang saya baca di buku ‘Girlfriend’s guide to pregnancy’ oleh Vicki Iovine (jangan khawatir, ini buku terjemahan bahasa Indonesia kok). Logikanya badan kita berkembang secara bertahap selama sembilan bulan lebih. Maka jangan harap pekerjaan sembilan bulan itu bisa dihapus dalam tiga bulan (apalagi semalam!). Paling tidak kita butuh sembilan bulan lagi (biasanya sih lebih, ..hehehe..) untuk kembali ke bentuk semula. Tapi lupakan soal stretchmark. Kalau mau itu hilang juga, mungkin kita mesti ganti kulit....
Saya baru nemu 7 alasan/mitos, nanti kalao ada tambahan diupdate deh!
1. Hari-hari pertama ASI belum keluar
Hari pertama sampai ketiga setelah melahirkan kadang dibilang ASI kita belum keluar, jadi bayi dikasih susu formula dulu saja. Dulu saya juga ‘tertipu’ pernyataan ini karena kurang pinter. Ternyata setelah baca info kiri-kanan, saya baru tahu kalau dihari-hari pertama itu bayi pun belum butuh ASI banyak-banyak. Karena dia masih membawa ‘kotak makan’ dari dalam rahim berupa cadangan lemak yang cukup sampai 24-36 jam pertama hidupnya.
‘Waktu luang’ ini dibuat supaya kita bisa latihan menyusui dengan tenang sampai produksi ASI mulai lancar. Tapi dari jam-jam pertama kita sudah harus mulai menyusui bayi lho – lebih tepatnya membiarkan bayi terbiasa dengan ‘dot susu’ barunya. Jadi jangan terus ada waktu luang, kita malah males untuk memulai (seperti hari-hari pertama saya dengan Darris. Jangan ditiru!). Karena semakin awal kita belajar menyusui, semakin cepat pula ASI lancar. Lupakan juga susu formula, karena kalau bayi sudah minum susu formula, dia akan kenyang dan kalau sudah kenyang siapa juga yang mau makan lagi. Kita juga kalau sudah kenyang, dikasih makanan enak juga jadi ga selera kan? Padahal tanpa rangsangan dari bayi, ASI jadi kurang lancar.
Akhirnya kayak lingkaran setan:
ASI kurang -> susu formula -> bayi kenyang -> emoh ASI -> ASI tetep kurang (bisa-bisa malah tambah berkurang!).
Kenapa engga dibuat begini:
ASI kurang -> tetep disusukan -> bayi lapar -> tetep kasih ASI (kalau gak ada pilihan lain pas lapar, pasti diembat juga kan?) -> ASI jadi terangsang keluar -> bayi tambah semangat nyusunya -> ASI tambah lancar, bayi kenyang, ibu senang!
Buat ibu-ibu baru, memang agak susah juga ya, gimana tahunya ASI sudah keluar atau belum. Tapi untuk awal-awal mending engga usah jadi pikiran. Yang penting bayi nempel dulu, ASI pasti keluar sendiri meski kita ga sadar. Waktu awal-awal saya menyusui Fidellynne, saya juga engga merasa ASI keluar (padahal sudah anak kedua lho!). Tapi saya ga peduli. Tetap saya kasih ASI sambil makan makanan bergizi dan banyak minum. Di akhir bulan Fidellynne naik 9 ons. Nah, kalau berat badan naik kan pasti cukup ASI kan?
Yang penting, LUPAKAN SUSU FORMULA. Itu SUSU SAPI buat BAYI SAPI. Bayi IBU harus dapat AIR SUSU IBU dong!
2. Tidak ada pengaruh ukuran payudara dengan keberhasilan ASI eksklusif
‘Botol susu’ saya asalnya cuma beda dikit sama telur mata sapi. Waktu hamil nambah cuma senomer, itu juga cup-nya tetep. Di masa menyusui pun banyak yang bilang seperti engga ada isinya. Tapi alhamdulillah Darris dapat ASI sampai umur 20 bulan (sampai saya hamil Fidellynne 8 bulan). Orang lain malah bisa 3-4 kali lipat lebih besar dari ukuran sebelum hamil dan tetep engga berhasil ASI eksklusifnya (padahal udah dimodalin dari sononya...hehehe).
3. Tidak ada beda bayi lahir normal dengan caesar.
Darris lahir normal, Fidellynne lahir lewat jalan tol karena sungsang dan terlilit ari-ari.
Salah satu kekhawatiran saya setelah menjalani operasi caesar adalah bahwa saya akan terlambat melakukan bonding dan hal itu akan mengurangi kelancaran produksi ASI. Namun kekhawatiran saya ternyata tidak terbukti. Segera setelah saya keluar dari ruang pemulihan, saya langsung mencoba memberikan ASI dengan posisi tidur dan ternyata sama sekali tidak ada kendala. Sejak itu Fidellynne tidak pernah lepas dari ASI.
4. Tidak ada beda bayi sudah kenal susu formula/botol sama belum.
Darris dan Fidellynne sama-sama kena susu formula dulu sebelum ASI.
Kalau Darris karena saya belum pinter. Saya engga tahu soal hari-hari pertama yang bayi masih bawa ‘kotak makan’ sendiri itu, jadi saya sempat minta tambahan susu formula (padahal dari RS sudah dikasih air gula yang cukup untuk kebutuhan bayi selama kita belajar menyusui). Tapi sejak hari ketiga, saya full kasih ASI untuk memperkuat ketahanan tubuhnya setelah Darris dinyatakan positif infeksi akibat ketuban keruh. Alhamdulillah, ASI ternyata memang sangat membantu, karena tes berikutnya sudah negatif, meski kompensasinya berat badannya selama bulan pertama engga naik banyak. Mungkin karena sebagian besar pasokan ASI digunakan untuk melawan infeksinya.
Fidellynne dapat susu formula karena ayahnya yang belum pinter. Saya sudah komitmen ASI eksklusif (kalau ASI biasanya dari RS cuma dikasih air gula), eh bapaknya ditanya milih susu formula apa malah menjawab. Akhirnya Fidellynne gak jadi dapat air gula, dapatnya susu sapi. Mana saya tahunya sudah telat lagi. Karena lewat operasi, saya ga bisa segera ketemu Fidellynne. Saya di ruang pemulihan selama 17 jam. Begitu saya masuk kamar inap, Fidellynne langsung saya minta untuk rooming-in (nginap satu kamar, diambil suster cuma untuk dimandikan), dan saya stop susu formulanya. Memang harus dengan posisi tidur menyusuinya. Tapi alhamdulillah engga ada kendala berarti.
5. Tidak ada beda bayi laki-laki dan bayi perempuan.
Ya beda sih jumlah yang diminum dan cara minumnya. Kalo bayi laki-laki minum lebih banyak dan lebih rakus. Tapi disini maksud saya adalah ASI akan selalu cukup engga peduli jenis kelamin bayi kita apa. Kalau menurut pengalaman saya, ketika menyusui bayi laki-laki, saya selalu lapar. Bukan lapar sih, tepatnya kelaparan! Saya jadi makan dua kali porsi normal. Itupun biasanya masih lapar. Tapi pas menyusui bayi perempuan engga begitu. Kesimpulannya, bayi laki-laki atau perempuan ASI tidak akan kurang. Kompensasinya paling-paling kitanya yang harus makan satu gerbong tambahan.
6. Alergi ASI
Rasanya engga mungkin deh bayi alergi ASI. Kalau sampai ada yang namanya ‘alergi ASI’ pastinya umat manusia ga bakalan hidup sampai jaman ini dong!
Yang bener mestinya alergi bahan yang terkandung dalam ASI yang asalnya dari makanan ibu. Lagipula, bukankah dalam ASI masih lebih banyak terkandung zat-zat yang diperlukan bayi daripada susu pabrik? Saya bilang susu pabrik, bukan susu sapi karena biasanya bayi yang alergi engga dikasih susu sapi tapi susu kedelai/soya. Eh, tapi sebagian bayi yang alergi susu sapi, pasti alergi susu kedelai juga lho. Nah kalau begini mesti dikasih apa dong? Coca-cola?
Beberapa bayi daya cernanya masih belum mampu untuk mengurai zat tertentu dari makanan ibu yang ikut masuk dalam ASI, sementara bagi bayi yang lain no problem. Mungkin ini sebabnya kenapa di beberapa kebudayaan ada larangan makan/pantang makanan tertentu bagi ibu menyusui.
Contoh yang paling gampang aja, bayi yang alergi susu sapi akan bereaksi kalau ibunya habis minum susu sapi. Menurut penelitian, protein dalam susu sapi yang diminum sang ibu, sudah ikut masuk ke ASI dalam selang waktu 10 menit. Solusinya ya ibu pantang dulu minum susu sapinya (termasuk susu untuk ibu menyusui). Kalau takut kurang gizi, coba penuhi kebutuhannya dari sumber yang lain. Kandungan susu sapi yang cukup penting umumnya kalsium, vitamin D, dan lemak. Jadi kita tambah aja suplemen kalsium dan vitamin D. Kalau untuk lemaknya apa masih perlu ditambah?..Bukannya masih ada cadangan dari tabungan sembilan bulan kemarin?...hehehe...
Ngomong-ngomong soal alergi nih, untuk bayi yang daya tahannya kurang kalau kena susu sapi selain jadi alergi sama susu sapi juga jadi terpicu untuk alergi terhadap bahan lain (misalnya telur, kacang, buah). Makanya bayi yang semula alergi susu sapi jadi alergi juga sama susu kedelai/soya. Padahal kalau dapat ASI justru dapat zat-zat yang membantu melindungi saluran cernanya dari alergen-alergen tersebut. Oya, bentuk alergi bisa macam-macam. Umumnya sih diare, tapi bisa juga muncul berupa gatal-gatal/kulit merah-merah (urticaria), sesak nafas, batuk-pilek, dsb.
7. Takut tambah gemuk
Memang sih kalau menyusui kita akan makan lebih banyak. Tapi makanan itu engga numpuk jadi lemak kita, melainkan jadi ASI. Justru menyusui malah bikin kita kurus lebih cepat. Pernah nonton serial ‘Desperate Housewife’? Disitu pernah disinggung salah satu teman Lynette Scavo masih menyusui anaknya sampai umur empat tahun (!) cuma sebagai sarana diet. Dia takut kalau sampai stop menyusui, malah jadi harus banyak ke gym untuk jaga berat badan.
Soal kurus lagi, hmm.. saya juga heran nih. Hamil Darris, berat badan saya naik 11 kilo (53 kg -> 64 kg). Habis melahirkan jadi 54 kg, terus naik lagi 57 kg. Lewat masa ASI eksklusif, stabil di 54-55 kg. Berarti berat badan saya cepat kembali normal, kan? Nah, tapi celana jeans boot-cut kesayangan saya kok belum cukup juga ya? Malah celana cargo yang masih saya pakai saat hamil 7 bulan juga masih ga cukup. Setelah Darris setahun lebih, saya baru bisa pakai lagi jeans boot-cut itu.
Hamil Fidellynne berat saya cuma naik tujuh kilo (54 kg -> 61 kg) dan saya harus relain si boot-cut lagi. Tapi ketika si adik umur empat bulan berat saya cuma 52 kg. Hmmm, bikin iri ya? Jangan deh, soalnya si boot-cut kesayangan tetep belum cukup! Kayaknya saya masih harus nunggu delapan bulan lagi untuk berjeans ria.
Kesimpulannya berat badan turun bukan berarti bentuk badan kembali normal. Mungkin bener yang saya baca di buku ‘Girlfriend’s guide to pregnancy’ oleh Vicki Iovine (jangan khawatir, ini buku terjemahan bahasa Indonesia kok). Logikanya badan kita berkembang secara bertahap selama sembilan bulan lebih. Maka jangan harap pekerjaan sembilan bulan itu bisa dihapus dalam tiga bulan (apalagi semalam!). Paling tidak kita butuh sembilan bulan lagi (biasanya sih lebih, ..hehehe..) untuk kembali ke bentuk semula. Tapi lupakan soal stretchmark. Kalau mau itu hilang juga, mungkin kita mesti ganti kulit....
Thursday, April 5, 2007
Toilet Training Darris
Terhitung sejak mid Maret atau Darris umur 27 bulan, Darris dah lulus toilet trainingnya. Alhamdulillah!
Ini semua berkat gatel-gatel...
Lho??
Sebetulnya dah dari awal tahun ini Darris kita cobain no diaper at daylight. Tapi ngocor melulu. Cuma pup aja yang sukses. Itu juga karena terjadwal abis mandi sore ditongkrongin dulu di pispot sambil nonton tv. Karena masi ngocor begitu, kita ga berani free diaper pas dia tidur (baik siang maupun malem), soale kuatir mak byor sak kasur..Palingga korban di guling lah..Terus ada apa ya waktu itu sampe akhirnya malah balik full diaper lagi?.. Ah, dah lupa kenapa.
Nah, sekitar sebulan lalu Darris tau-tau kena gatel-gatel dideket penisnya situ. Pertama dikira gatel biasa, dikasi Zwitzal zinc juga paling dah sembuh..Hmm, ternyata makin hari makin melebar. Mulai bingung deh. Knapa yaa?
Pas adeknya ada jadwal ke dokter untuk imunisasi, Darris ikut sekalian. Dapetlah itu dua biji salep dari DSAnya..Jalan seminggu, radangnya makin lebar.. Ndak mempan rupanya. Kita sempat coba untuk no diaper. Tapi ternyata malah jadi kesempatan untuk digaruk-garuk dan walhasil tuh radang malah nambah satu lagi. Sama mama Darris langsung dibawa ke dokter umum langganan (dan so far selalu cespleng). Disitu dikasi salep lain. Trus mama laporin soal garuk-menggaruknya. Akhirnya dikasi anti-histamin supaya ga garuk-garuk lagi.
Besoknya, Darris mulai copot diaper. Pas bobo siang dan malem juga. Tapi kita dah siapin perlak tuh..(klo soal gulingnya kita pasrahin aja deh). Diliat beberapa hari ternyata selama bobo itu Darris ga perna ngompol lho. Sebelumnya sempat mama perhatiin juga diapernya sering-sering rada kering gitu. Kalo pup Darris juga dah ga di pispot lagi. Soale ternyata lama-lama pispot itu dianggep dingklik sama Darris. Tahan lho dia sejam nongkrong disitu. Kadang klo diangkat diajak cebok malah nangis-nangis seakan tak ingin berpisah dengan tu pispot...*beh, kok sampe gitu yah?*
Karena bosen gegeran mulu tiap mo cebok, akhirnya mama keluarin simpenan bantalan tambahan buat toilet (bisa dibeli di toko-toko bayi, tidak sampe 50rb..asal jangan yang merek looo...bisa 300rb melayang untuk barang yang sama sebangun!). Dulu pas pertama dibeli, Darris ga mau nyoba. Ngeri kali ye, takut kecemplung toilet yang bagi dia segede kali di perempatan Nginden..:D Tapi kali ini alhamdulillah Darris langsung mau dan langsung bisa pup pake itu.
Tentang radangnya, alhamdulillah udah ga merah seperti sebelumnya, dan kayaknya dah berenti membesar juga.
Sekarang terhitung sudah dua minggu Darris bebas diaper. Selama itu luput ngompol dua kali sementara luput pup belum pernah *jangan ya Ris...*, dan radang sudah sembuh.
Kakak pinter deh!
Bintang yang buesar buat kakak!
*reposted from http://kirana21.blogspot.com/2007/04/toilet-training.html
Ini semua berkat gatel-gatel...
Lho??
Sebetulnya dah dari awal tahun ini Darris kita cobain no diaper at daylight. Tapi ngocor melulu. Cuma pup aja yang sukses. Itu juga karena terjadwal abis mandi sore ditongkrongin dulu di pispot sambil nonton tv. Karena masi ngocor begitu, kita ga berani free diaper pas dia tidur (baik siang maupun malem), soale kuatir mak byor sak kasur..Palingga korban di guling lah..Terus ada apa ya waktu itu sampe akhirnya malah balik full diaper lagi?.. Ah, dah lupa kenapa.
Nah, sekitar sebulan lalu Darris tau-tau kena gatel-gatel dideket penisnya situ. Pertama dikira gatel biasa, dikasi Zwitzal zinc juga paling dah sembuh..Hmm, ternyata makin hari makin melebar. Mulai bingung deh. Knapa yaa?
Pas adeknya ada jadwal ke dokter untuk imunisasi, Darris ikut sekalian. Dapetlah itu dua biji salep dari DSAnya..Jalan seminggu, radangnya makin lebar.. Ndak mempan rupanya. Kita sempat coba untuk no diaper. Tapi ternyata malah jadi kesempatan untuk digaruk-garuk dan walhasil tuh radang malah nambah satu lagi. Sama mama Darris langsung dibawa ke dokter umum langganan (dan so far selalu cespleng). Disitu dikasi salep lain. Trus mama laporin soal garuk-menggaruknya. Akhirnya dikasi anti-histamin supaya ga garuk-garuk lagi.
Besoknya, Darris mulai copot diaper. Pas bobo siang dan malem juga. Tapi kita dah siapin perlak tuh..(klo soal gulingnya kita pasrahin aja deh). Diliat beberapa hari ternyata selama bobo itu Darris ga perna ngompol lho. Sebelumnya sempat mama perhatiin juga diapernya sering-sering rada kering gitu. Kalo pup Darris juga dah ga di pispot lagi. Soale ternyata lama-lama pispot itu dianggep dingklik sama Darris. Tahan lho dia sejam nongkrong disitu. Kadang klo diangkat diajak cebok malah nangis-nangis seakan tak ingin berpisah dengan tu pispot...*beh, kok sampe gitu yah?*
Karena bosen gegeran mulu tiap mo cebok, akhirnya mama keluarin simpenan bantalan tambahan buat toilet (bisa dibeli di toko-toko bayi, tidak sampe 50rb..asal jangan yang merek looo...bisa 300rb melayang untuk barang yang sama sebangun!). Dulu pas pertama dibeli, Darris ga mau nyoba. Ngeri kali ye, takut kecemplung toilet yang bagi dia segede kali di perempatan Nginden..:D Tapi kali ini alhamdulillah Darris langsung mau dan langsung bisa pup pake itu.
Tentang radangnya, alhamdulillah udah ga merah seperti sebelumnya, dan kayaknya dah berenti membesar juga.
Sekarang terhitung sudah dua minggu Darris bebas diaper. Selama itu luput ngompol dua kali sementara luput pup belum pernah *jangan ya Ris...*, dan radang sudah sembuh.
Kakak pinter deh!
Bintang yang buesar buat kakak!
*reposted from http://kirana21.blogspot.com/2007/04/toilet-training.html
Sunday, April 1, 2007
Persalinan Normal vs Operasi Caesar
Dari dua kali kehamilan, saya dikaruniai anak laki-laki dan anak perempuan, yang masing-masing lahir normal dan caesar. Jadi kira-kira sudah lumayanlah referensi saya...hehehe.
Wah, ternyata persiapan untuk operasi ribet ya. Rasanya kayak orang ngga sakit tapi dibikin sakit. Coba didaftar prosesnya dan dibandingin sama persalinan normal. (Eh, tapi ini berdasarkan pengalaman pribadi lho ya. Sangat subyektif dan ga bisa dipakai sebagai acuan proses yang sebenarnya).
Persalinan Sectio Caesaria (operasi caesar)
1. Ganti baju RS
2. Pasang infus (perlu sekali untuk masukin beberapa obat penahan sakit supaya ngga perlu bolak-balik disuntik)
3. Diambil darah (untuk cek golongan darah, Hb)
4. Pasang kateter
5. Pindah-pindah ruangan, pindah-pindah tempat tidur (bed dorong dari ruang bersalin -> bed dorong di ruang persiapan ops -> bed di ruang ops -> bed dorong ke ruang pemulihan -> bed di ruang pemulihan -> bed dorong ke ruang inap -> bed di ruang inap) dengan semua selang bergelantungan di badan
6. Dipasangin sensor tanda vital (jantung, tekanan darah)
7. Disuntik alergen (untuk cek kemungkinan alergi terhadap penghilang rasa sakit)
8. Dibius (disuntik lewat jalan infus dan di tulang belakang)
9. Dioperasi 10 cm dan dijahit lagi (emang ga kerasa sih... tepatnya BELUM! Rasain entar kalo morfinnya sudah habis!)
10. Perlu observasi (dipantau kondisi pasca operasi) selama minimal 12 jam
11. Tidak bisa langsung ketemu bayi
12. Dalam dua jam baru bisa gerakin jari-jari kaki (!), 8 jam miring kiri-kanan, 18 jam duduk 45°, 2 hari baru mulai belajar jalan (catatan: bisa berbeda untuk masing-masing Ibu)
13. Sensor tanda vital baru dilepas saat mau keluar ruang pemulihan
14. Infus baru dicopot kalau sudah bisa kentut
15. Kateter baru dicopot kalau sudah bisa jalan
Persalinan Spontan (normal)
1. Ganti baju RS
2. Pasang infus (untuk kemungkinan harus diinduksi/dirangsang dengan obat)
3. Diambil darah (untuk cek golongan darah, Hb)
4. Biasanya ga perlu dipasang kateter (mo pipis atau pup, lakukan aja ditempat...di sela-sela kontraksi. Kalo sempat sih...)
5. Pastinya ga perlu pindah-pindah ruangan dalam kondisi yang beribet
6. Tidak perlu dipasang sensor tanda vital
7. Bius hanya lokal (suntikan di sekitar paha... dijamin engga kerasa, kalah sama kontraksi keras)
8. Kadang perlu episiotomi (sayatan untuk melebarkan jalan lahir), tapi mestinya ga mungkin sampai 10 cm deh...
9. Observasi cukup dua jam
10. Bisa langsung ketemu bayi (kalau engga terlalu teler sih...), bisa langsung menyusui juga.
11. Dalam dua jam sudah bisa bangun dan duduk, engga sampai 12 jam sudah bisa jalan
12. Lewat masa observasi dua jam, infus sudah dicopot
Nah, kentara kan ribet dan sakitnya. Dari penghilang rasa sakitnya aja udah jelas. Kalau persalinan normal cuma dapat pil semacam ponstan/panadol sementara kalau caesar dapatnya morfin (sekali-sekali lah kenal rasanya morfin...hehehe).
Oya, ada juga yang bandingin kalau persalinan normal sakit di depan (pas kontraksinya), sementara kalau caesar sakit di belakang (pemulihan lebih lama). Kalau menurut pengalaman saya relatif juga ya. Seminggu pasca operasi saya sudah dibonceng naik motor bawa Fidellynne kontrol pasca lahir ke dokter tetangga, pulangnya jalan kaki kira-kira 200 meter. Sebulan saya sudah setir sepeda motor sendiri untuk urus surat-surat syarat akte kelahiran. Padahal pasca melahirkan Darris, sampai dua bulan saya duduk aja masih ribet, apalagi naik motor. Jangankan setir sendiri, dibonceng aja ogah.
Wah, ternyata persiapan untuk operasi ribet ya. Rasanya kayak orang ngga sakit tapi dibikin sakit. Coba didaftar prosesnya dan dibandingin sama persalinan normal. (Eh, tapi ini berdasarkan pengalaman pribadi lho ya. Sangat subyektif dan ga bisa dipakai sebagai acuan proses yang sebenarnya).
Persalinan Sectio Caesaria (operasi caesar)
1. Ganti baju RS
2. Pasang infus (perlu sekali untuk masukin beberapa obat penahan sakit supaya ngga perlu bolak-balik disuntik)
3. Diambil darah (untuk cek golongan darah, Hb)
4. Pasang kateter
5. Pindah-pindah ruangan, pindah-pindah tempat tidur (bed dorong dari ruang bersalin -> bed dorong di ruang persiapan ops -> bed di ruang ops -> bed dorong ke ruang pemulihan -> bed di ruang pemulihan -> bed dorong ke ruang inap -> bed di ruang inap) dengan semua selang bergelantungan di badan
6. Dipasangin sensor tanda vital (jantung, tekanan darah)
7. Disuntik alergen (untuk cek kemungkinan alergi terhadap penghilang rasa sakit)
8. Dibius (disuntik lewat jalan infus dan di tulang belakang)
9. Dioperasi 10 cm dan dijahit lagi (emang ga kerasa sih... tepatnya BELUM! Rasain entar kalo morfinnya sudah habis!)
10. Perlu observasi (dipantau kondisi pasca operasi) selama minimal 12 jam
11. Tidak bisa langsung ketemu bayi
12. Dalam dua jam baru bisa gerakin jari-jari kaki (!), 8 jam miring kiri-kanan, 18 jam duduk 45°, 2 hari baru mulai belajar jalan (catatan: bisa berbeda untuk masing-masing Ibu)
13. Sensor tanda vital baru dilepas saat mau keluar ruang pemulihan
14. Infus baru dicopot kalau sudah bisa kentut
15. Kateter baru dicopot kalau sudah bisa jalan
Persalinan Spontan (normal)
1. Ganti baju RS
2. Pasang infus (untuk kemungkinan harus diinduksi/dirangsang dengan obat)
3. Diambil darah (untuk cek golongan darah, Hb)
4. Biasanya ga perlu dipasang kateter (mo pipis atau pup, lakukan aja ditempat...di sela-sela kontraksi. Kalo sempat sih...)
5. Pastinya ga perlu pindah-pindah ruangan dalam kondisi yang beribet
6. Tidak perlu dipasang sensor tanda vital
7. Bius hanya lokal (suntikan di sekitar paha... dijamin engga kerasa, kalah sama kontraksi keras)
8. Kadang perlu episiotomi (sayatan untuk melebarkan jalan lahir), tapi mestinya ga mungkin sampai 10 cm deh...
9. Observasi cukup dua jam
10. Bisa langsung ketemu bayi (kalau engga terlalu teler sih...), bisa langsung menyusui juga.
11. Dalam dua jam sudah bisa bangun dan duduk, engga sampai 12 jam sudah bisa jalan
12. Lewat masa observasi dua jam, infus sudah dicopot
Nah, kentara kan ribet dan sakitnya. Dari penghilang rasa sakitnya aja udah jelas. Kalau persalinan normal cuma dapat pil semacam ponstan/panadol sementara kalau caesar dapatnya morfin (sekali-sekali lah kenal rasanya morfin...hehehe).
Oya, ada juga yang bandingin kalau persalinan normal sakit di depan (pas kontraksinya), sementara kalau caesar sakit di belakang (pemulihan lebih lama). Kalau menurut pengalaman saya relatif juga ya. Seminggu pasca operasi saya sudah dibonceng naik motor bawa Fidellynne kontrol pasca lahir ke dokter tetangga, pulangnya jalan kaki kira-kira 200 meter. Sebulan saya sudah setir sepeda motor sendiri untuk urus surat-surat syarat akte kelahiran. Padahal pasca melahirkan Darris, sampai dua bulan saya duduk aja masih ribet, apalagi naik motor. Jangankan setir sendiri, dibonceng aja ogah.
Subscribe to:
Posts (Atom)