Monday, December 14, 2009

edit-DSC02166

Devan got his first tooth at 8.5 months. The fastest among his siblings. Darris was at 11 months, and Dellynn at 10. Both were almost at the same time with their first steps. With Devan, I realized there was a new tooth when it slightly scratched the metal spoon I use to feed him. Oh well, that explains the slight fever he got a few days ago. When I thought he was going to catch a cold because his brother is constantly coughing and her sister got runny nose.

Now I’m planning to buy him a feeding teether. Hmm…this Sassy Feeding Teether looks tempting. It has replacement bags too. I think I’m going to grab it at the nearest baby store.

Since Devan is my third child, I supposedly have tons of teethers available without having to buy a new one, right? Mmm nope. Well I bought one or two for Darris, but turns out he and my 3 years old girl Dellynn was not very of fond putting everything into their mouth. But this baby seems to have his mouth as hands-expansion. Once something within his grab, the next second it’s in his mouth.

When a baby is growing a tooth, some symptoms like ‘chewy’, drooling, slight fever, or crankiness might occur. Feeding time could become a challenge too since they don’t feel comfortable with their mouth and gum.

Teether won’t be much useful if your baby is not the chewy kind. Maybe the one with freezable gel inside will still work to comfort the swollen gum. But the others will just work as a usual toy. The drooling baby will need a bib more than a teether, while the cranky one just wont stop bugging you or they tend to nurse more often than usual to seek comfort.

So, teether is not for every baby. Teether doesn’t stimulate growing a tooth either. Every baby has their personal schedule when it comes to a milestone. No need to hurry things up. Hurrying things will make us frustrated with multiple failures. The ability / skill will eventually show up when it’s time.

The bottom line is there’s actually no need to give your baby a teether unless he's always looking for something to chew (like your fingers or nipples :) ).  Frozen finger foods will be more useful, healthier, and more hygienic than a teether.

*first published in http://mommiesdaily.com/2009/12/14/first-tooth-teether/

Friday, October 9, 2009

Mini Tote Bag Organizer


Sempet disebut-sebut di posting yang ini, sekarang gue mau bahas khusus si Mini Tote Bag Organizer ini.

courtesy of Jeng Opi van pernakpanik

Keterangan dari Jeng Opi:
- Bentuknya sama kayak Siggy, cuma ngga ada bordiran dan tanpa dust bag
- Ukuran besar: 28 cm X 20 cm X 8cm
- Fully padded (semua dilapisi busa)
- Zippered Pocket on the back

Lho, dulu katanya Siggy Bag? Ho oh, yep, emang. Siggy karena pake signature 'Bencong FD' atau 'MP Addict', istilah yang umum dipake di forum Fashionesedaily (FD). Tapi sekarang karena dipasarkan di luar FD, maka produk yang belakangan gak pake signature. Namanya pun jadi Mini Tote Bag Organizer. Oiyah, bahannya si Mini Tote ngga waterproof, sementara Siggy Bag waterproof. Bahan ngga terlalu signifikan kayaknya yah? Apa mau dipake brenang? :D

Sesuai namanya, gunanya yaaa...bikin tas lebih terorganisir :D
Gue sampe ga pernah beli tas yang blong gitu gara-gara ga tahan semua barang campur aduk jadi satu di dasar tas. Tapi sekarang udah ada Mini Tote Bag Organizer doongg...bukan masalah lagi doongg...

Seberapa banyak barang yang bisa di-organize sama tas kecil ini? Berikut hasil abuse-an gue :))


detilnya (nyontek posting sebelumnya):
- tisu basah 2 pak, tisu kering 2 pak
- lipetan kantong kresek,
- 2 diaper biasa, 1 diaper pants,
- 1 stel (atas bawah) baju cadangan Devan,
- sewadah kapas basah buat cebok,
- toiletries (BBW Pocket Bac 90ml, BBW Splash Dancing Waters 60ml, talk mini, minyak telon 30ml, baby cream 50ml),
- printilan lain (kasa alkohol sachet, karet, recehan, cottonbud, korek api *ngga gw ngga ngerokok, demikian pula bapaknya krucil* - jangan tanya buat apaan printilan ini, anggep aja p3K :D)

Di sisi kiri (ato kanan, terserah ngeliatnya dari mana :D), ada kaitan buat nyangkutin kunci (bisa kunci rumah ato kendaraan), supaya ngga ribet kudu ubek-ubek seisi tas sekedar buat nyari kunci yang kelelep. Sisi satunya sebenernya gue udah rikues untuk dikasi kaitan juga, tapi rupanya blue printnya tidak begitu *lirik juragan bagO*. Maka akhirnyalah gue sangkutin sendiri kuncian dustbagnya *astaga, kesian benneerr*, biar ada! Wahahaha...


Kaitan yang ini gue pake nyangkutin tali panjang tempat nyangkutnya hape :D
Kenapa? Supaya hape tersebut tidak kelelep juga sebagaimana kunci-kunci tadi ceritanya. Tinggal tarik talinya, kepancing dah hapenya :))
Kenapa gak diselipin ke pocket Mini Tote seperti seharusnya? Yaelah, kaga liat luh udah segitu isinya? :P

Salah satu sisi luar Mini Tote ini, ada pocket yang pake ritsleting. Keliatan kan dari gambar Mini Tote biru diatas? Bisa buat hape, small change, ato apa aja deh yang sekiranya perlu diamanin lebih ketat :D

So, that's how I change my bag, into Diaper Bag...
*yah well, selain karena kikir males beli diaper bag beneran yang harganya juta-juta itu cencunyah hihihihi...*

Friday, June 12, 2009

Kalau Bayimu Dibilang Hipoglikemik ...

(as posted by Ellen Kristi at Facebook Notes)
Share
Yesterday at 2:41pm

Salah satu faset dari cerita lahirnya Gandhi adalah diagnosis dia mengalami hipoglikemia alias gula darah rendah.

Alkisah, setelah selesai IMD dan Gandhi dibawa ke ruang perawatan untuk dibersihkan dsb., datanglah seorang perawat memberitahuku: "Bu, bayinya nanti belum bisa rooming-in dulu karena setelah diperiksa gula darah sewaktu (GDS)-nya kurang dari 45, padahal bayi Ibu besar, lebih dari 4kg. Jadi kata dokter harus diberi susu formula dulu supaya GDS-nya paling tidak 50."

Tentu saja aku kaget dan spontan menolak. Wong sudah tanda tangan pernyataan mau ASIX kok tiba2 anak mau didublak sufor. Kebetulan perawat itu juga tidak bisa menerangkan dengan jelas pengaruh GDS rendah pada kondisi bayi. Cuma bilang, "nanti bisa kejang-kejang" ... hahhh??? Itu ilmiah atau cuma akal-akalan biar bayi dikasih sufor ya? Soalnya sampai hari itu juga, aku belum pernah dengar ketentuan bayi besar harus dikasih sufor kalau GDS-nya rendah --- wong di kliniknya ibuku juga suka ada bayi besar (malah sampai 4,5kg) tapi ga pernah dicek GDS dan tidak pernah ada riwayat bayi kejang karena GDS rendah. Jadi, dengan kukuh aku bilang TIDAK SETUJU bayiku dikasih sufor dan si perawat dengan wajah agak gimana gitu bilang, "Ya, itu hak Ibu, pokoknya kan kami sudah memberitahu."

Sampai di kamar, aku langsung minta Gandhi diantar rooming-in dan mulailah proses belajar menyusu. Ternyata gampang banget, Gandhi langsung pinter dan aktif menyusu. Beberapa jam kemudian, menjelang jam 9 malam kayaknya, si perawat yang tadi masuk lagi ke kamar dan tanya apa ASI-ku sudah keluar. Aku bilang iya. Apa bayinya sudah bisa menyusu. Lagi-lagi kubilang iya, kutegaskan bayiku nyusunya kenceng dan ASI-ku juga dah banyak (banyak kan relatif to???). "Kalau begitu saya bawa dulu bayinya untuk dites lagi GDS-nya ya!" Halah .... ternyata soal GDS lagi!

Dalam hati aku heran, kenapa sih soal GDS ini kayaknya penting banget, sampe malam2 Gandhi harus dites (dengan dicoblos??). Tapi aku ngerasa ditantang, apa betul ASI-ku dah keluar, jadi kuijinkan Gandhi dites dengan peringatan, "Pokoknya saya ga mau bayi saya dikasih sufor lo, Sus!" Si perawat agak kesal wajahnya dan menukas, "Iya, itu kan hak ibu mau dikasih sufor atau tidak ..." Kira2 setengah jam kemudian, si perawat mengembalikan Gandhi ke kamar dan memberitahu, "GDS-nya sudah bagus kok, Bu, 49." Aku juga ikut lega ... berarti ASI-ku bekerja dengan baik :-) dan sejak itu sampai kami pulang besoknya DSA dan si perawat ga pernah ribut lagi soal GDS.

Jadi, bagaimana sebetulnya duduk perkara soal GDS ini secara ilmu kesehatan anak?

DSA di rumkit sempat mencoba menjelaskan, tapi tidak jauh beda dari si perawat. Hanya bilang kalau bayi besar dan GDS rendah bisa berisiko anak kejang-kejang. Entah karena si dokter sibuk mau visit ke bayi yang lain atau akunya yang males minta penjelasan lebih lanjut, cukup sekianlah argumennya. Sangat tidak jelas, bagiku.

Aku baru mendapat jawaban yang lengkap waktu baca2 buku baru --- The Ultimate Breastfeeding Book of Answers tulisan Dr. Jack Newman dan Teresa Pitman --- yang dikadokan konco2 AIMI Semarang hari Minggu lalu. Ada di halaman 301-307. Berikut ini intisarinya:

FAKTOR RISIKO

Ternyata betul. Bayi tertentu berisiko mengalami hipoglikemia dan akibatnya bisa fatal. Penurunan kadar gula darah yang serius dapat menyebabkan kejang, kerusakan otak, bahkan kematian.

Tetapi, bayi 'tertentu' mana yang berisiko itu?

1. Bayi dari ibu penderita diabetes --- karena sejak dalam kandungan, bayi sudah terbiasa mengeluarkan insulin kadar tinggi untuk mengatasi tingginya kadar gula dalam darah ibu. Ketika ia lahir, ia tidak lagi mendapat asupan gula dari ibunya, tetapi mekanisme sekresi hormon insulinnya belum bekerja baik, sehingga kadar gula darah bayi turun secara drastis.

2. Bayi yang lahir prematur --- karena tidak memiliki banyak cadangan glikogen (gula kompleks yang bisa digunakan sewaktu2 kalau tubuh butuh glukosa), juga mekanisme produksi gula darah mereka belum berkembang dengan baik.

3. Bayi yang kurang gizi selama kehamilan, berat badan lahir terlalu rendah sekalipun lahir cukup umur --- karena alasan yang sama dengan bayi prematur.

4. Bayi yang 'stres' --- terutama stres akibat proses persalinan yang sulit atau stres karena perbedaan suhu udara antara dalam kandungan dan di dunia luar.

Intinya: bayi normal yang lahir tepat waktu kecil kemungkinan bahkan hampir tidak ada kemungkinan mengalami hipoglikemia.

Bagaimana dengan bayi besar (lebih dari 4kg)? Bayi besar sering dicurigai hipoglikemik karena biasanya bayi dari ibu penderita diabetes berukuran besar. Tapi kalau bayi besar yang normal, artinya kedua ortu tidak ada riwayat diabetes, sebetulnya tidak ada dasar untuk mencurigainya hipoglikemik.

Lantas, ini yang penting ...

APAKAH BAYI HIPOGLIKEMIK HARUS DIBERI SUFOR?

Jawabannya: TIDAK! Justru bayi hipoglikemik harus segera mendapat asupan kolostrum dari ASI, baik langsung menyusu ke ibu atau berbentuk ASIP atau donor ASI. Kenapa? Karena kolostrum adalah makanan terbaik bagi bayi untuk membantu mencegah hipoglikemia. Sebab, kolostrum tidak merangsang pembentukan insulin (yang akan menurunkan kadar gula darah). 

Sebaliknya, susu formula justru mengandung berbagai macam nutrisi yang merangsang produksi insulin. Insulin tidak hanya menurunkan kadar gula darah, tetapi juga kadar gizi lain yang dibutuhkan bayi kalau tidak punya cukup glukosa, yi. asam lemak bebas dan ketone.

Telah diamati Dr. Newman, kadar gula darah bayi bereaksi lebih cepat dan terjaga dengan baik jika bayi mendapat kolostrum, bukan sufor. "Salah satu alasannya mungkin adalah karena insulin tidak dilepaskan sebagai reaksi atas kolostrum."

Juga untuk bayi yang kadar gula darahnya turun akibat stres, yang terbaik bagi bayi itu adalah sesegera mungkin kontak kulit dengan ibunya dan menyusu. Ia akan merasa hangat, mendapat asupan kolostrum, dan lebih cepat mengatasi stres + hipoglikemianya.

Jadi, kalau suatu waktu bayimu didiagnosis hipoglikemia, jangan ragu2 untuk menjawab, "Berarti harus rawat gabung dong, Dok/Sus, supaya bayi saya bisa segera dan sesering mungkin menyusu, kan kolostrum yang terbaik untuk menjaga kadar gula darah bayi!"

Tuesday, March 17, 2009

Kepikiran, part 2

Semalem baru pulang jam 00.30 dari dsog. Alhamdulillah kali ini ga gitu spaneng orangnya..hehehe. Gw dateng buat ngeset jadwal sesar, which will be on March 21st, jamnya ikut longgarnya si dokter yg kebetulan hari itu full jadwal laparoskopi. Kemungkinan sih setelah jam 12 siang dia mulai longgar katanya.

Kenapa tanggal itu? Supaya si ayah bisa pulang seminggu lebih..hehehe. Tak lupa sambil mastiin jadwal, gw tetep nawar buat vbac. Incase sebelum tanggal 21 gw ada tanda-tanda ke arah normal, apa boleh gw coba normal dulu? Ternyata dia ok-ok aja. Yah gw pikir klo dah masuk minggu depan mah dah males juga kali ngeden demi bayi 4kg yg mana perkiraan bayi gw biasanya cenderung lebih gede timbang dari USG.

Perlu dicermati juga, dokter ini ga sekedar ngitung diameter kepala buat nentuin BB bayi, tapi juga ngukur panjang tungkai, yg menurut gw lebih akurat timbang ukuran kepala. Gw sempet tanya, dengan prediksi 3.7-3.8kg plus minus errornya brapa? Katanya sih 200gr. Jadi klo pun bayi bakal lebih kecil, tetep ga mungkin kurang dari 3kg. Yahh, moga-moga aja ga jauh banget melesetnya si usg sama berat aslinya..

Kenapa gw tetep ngeyel mo coba normal?
Emm, tadinya udah ngga sih. Tapi mulai hari minggu kemaren kok kontraksi kek ada pertambahan kuantitas walo blon kualitas (dari yg tadinya 3-4x sejam, sekarang dah 5-6x, tapi blon ada yg ngegigit rasanya).

Jadi sekarang, ya tinggal tunggu tanggal mainnya aja. Klo yg baik buat gw lahiran normal, ya insya Allah bakal normal. Klo yg baik sesar, ya ntar sesar. Paling tar sore gw ke DSA langganan buat janjian bisa ga on call ke RS yg ini.

Terakhir, mohon doa atas kelancaran lahiran, baik melalui proses normal maupun sesar. Dan gw juga mohon maaf atas kesalahan2 gw, baik yg disengaja maupun tidak.

*still sent from my bluberi SE k810i walo jempol mulai kapalan secara e75 ga kluar2, powered by XL yang..oiya lupa mo daptar yg inet unlimited cepek..*


Saturday, March 14, 2009

Kepikiran, part 1

Lagi kepikiran soal lahiran neh..
Kemarenan kan pengennya normal setelah yg ke-2 kemaren sesar (vbac: vaginal birth after caesarean).

Modalnya:
1. Darris dulu bisa normal 4kg.

2. Dellynn 3.6kg, sesar karena penyebab yg tidak menetap kek sungsang, kelilit ari2, post date 8hr, ga turun ga kontraksi, dan terakhir CTG ga bagus.

3. Perkembangan si baby selama di semarang stabil dan bagus2 aja. Terakhir kontrol disana 2 maret, 35mg, BB bayi 2.4-2.5kg, BB gw 58.4kg.

Mulai berasa aneh pas kontrol di surabaya tgl 11 maret. Gw balik ke dokter yg dulu bantu Darris lahiran. Ogah ke dokter Dellynn soalnya orangnya ga tegas dan senengnya ambil jalan aman alias sesar. Yah, walo untuk kasus Dellynn kemaren emang tinggal sesar satu-satunya opsi.

Nah kontrol ke dokter A di sby ini gw dah 36 minggu, lha kok BB bayi dah 3.2kg aja?? Si dokter juga state klo mo coba normal mesti BB under 3.5kg. Yah mana mungkin 3.5 klo 36 minggu aja dah 3.2kg. 40 minggu bisa jadi 4.2kg dah.

Jadi ya gw seken opinion ke dokter yg sukses bantu vbac beberapa temen gw. Tgl 13 maret di 36.5 minggu gw kesana. BB gw 59kg, and guess brapa BB baby?

Cukup 3.7-3.8kg ajah sodara-sodara! Itu pun si dokter dah ngitung ulang buat masing2 diameter kepala ama panjang tungkai. Diameter kepala gw liat 9.76-9.77 gitu.
Hayahh buset, 40 minggu bisa 4.6kg dong??

Pusing dah gw. Mo mutusin sesar elektif, hasil usg apa iya bisa jadi patokan? Secara Dellynn dulu dari diameter kepala 10 lebih, keluarnya 3.6kg 'doang'.
Tapi mo coba normal juga keknya ga ada dokter yang berani deh..

Hiks..

*sent from my bluberi SE k810i, pake XL yg sering2 sih nyambung yah..*