Monday, November 22, 2010

Growth Spurt (terutama) Pada Bayi

Growth spurt sebenarnya bagian penting dari perkembangan normal bayi. Semua bayi, baik bayi ASI maupun yang minum susu formula pasti mengalami growth spurt. Tapi memang paling keliatan pada bayi ASI karena si ibu jadi merasa keteteran karena jadwal minum bayi yang jadi lebih sering sementara jadwal tidurnya berkurang. Pada bayi yang minum susu formula, setidaknya susu formula lebih susah dicerna jadi bayi merasa kenyang lebih lama. Karena itu perubahan jadwalnya tidak sedrastis bayi ASI.


gambar dari sini

Thursday, January 21, 2010

Wasit & Super Spies

Anak saya tiga. Laki-laki, 5 tahun; perempuan 3 tahun 3 bulan; dan laki lagi 9 bulan. Entah kenapa, saya lebih sering mendapatkan ekspresi bengong dan takjub saat cerita tentang jumlah dan selisih umur anak. Apa iya segitu langkanya sekarang punya anak banyak plus selisih dua tahunan? Eh, tiga kan belum banyak ya? *defensif*.

Saya masih pengen punya satu lagi sih :D. Tapi nantilah kalo sudah ada rumah permanen. Males juga kalau masih kudu pindah-pindah kontrakan sambil bawa-bawa bayi.

Pertanyaan lain yang juga sering muncul itu: nggak repot?

Yaaaa..gak mungkin nggak repot laaahh :D, tapi masi ke-handle kok. Jangan bayangin kalo ngurus tiga anak = satu anak x 3. The math doesn't work like that. Yes for some points, but not for most points. Misal, ngurus satu anak kita mesti melototin mulu. Nah sekarang, D1 dan D2 bantuin saya melototin D3 ;).

The most common thing I have to do is, jadi hakim garis. Ato wasit. Ya, ya, saya tau dua pekerjaan itu jobdesc-nya beda, but they still reflect what I do :D

Berhubung bocah cuman selisih 1 tahun 9 bulan, yang ada kata emak saya kayak anak kembar. Satu pegang apa, yang satunya mau yang sama. Lha barangnya cuma satu. Solusinya? Rebutan. Jadilah emak turun gunung bawa sempritan.

Biasanya saya suruh gantian dalam rentang waktu yang sama (per 15 menit misalnya, pake alarm hp atau timer dapur :D). Atau menawarkan aktifitas lain yang mungkin akan lebih menarik. Biasanya sih berhasil, walau kadang-kadang enggak :D. Kalo segala sudah ditawarin dan nggak sukses, ya sudah diserahin balik aja. Selesaikan sendiri masalah kalian. Biasanya nggak lama malah dan begajulan bareng lagi, lupa kalo abis perang.

Banyak anak = banyak mata-mata *ternyata*. Cuman memang kudu disaring lagi sih. Karena kadang berupa delik aduan subyektif seperti ini:
D2: maaa, mainannya diambil kakaaakkk (padahal dari pagi sudah dikekep si D2 nggak mau gantian)
D1: huuaaaa, dipukul adeekk (padahal abis ngerebut mainan si adek).
Walau ada juga aduan yang perlu segera ditindak lanjutin kayak:
D1: maaa, tehnya Dellynn tumpaahh (kudu buru-buru diberesin sebelum semut dateng).
D2: maaa, Devan mainan sandaaalll (sendal kudu cepet diselametin sebelum mampir mulutnya).
Selain aduan yang sering bikin gatel telinga soalnya suka bales-balesan, banyak juga laporan yang membangun dan berupa notifikasi. Misalnya:
D2: maa, lampunya nasi matiiii (rice cooker saya rada rusak tombolnya. Jadi di tengah proses masak bisa tau-tau off padahal belum mateng).
D1: ma, ada yang basah-basah (taunya rumah bocorrr! Untung cepet ketauan D1!. Langsung deh gerak cepat gelar-gelar keset sama ember...*phiuuhh*)
Dan sekarang saya pun jadi berpikir, gimana nanti kalo D3 udah bisa laporan juga? *garuk garuk*.

Monday, December 14, 2009

edit-DSC02166

Devan got his first tooth at 8.5 months. The fastest among his siblings. Darris was at 11 months, and Dellynn at 10. Both were almost at the same time with their first steps. With Devan, I realized there was a new tooth when it slightly scratched the metal spoon I use to feed him. Oh well, that explains the slight fever he got a few days ago. When I thought he was going to catch a cold because his brother is constantly coughing and her sister got runny nose.

Now I’m planning to buy him a feeding teether. Hmm…this Sassy Feeding Teether looks tempting. It has replacement bags too. I think I’m going to grab it at the nearest baby store.

Since Devan is my third child, I supposedly have tons of teethers available without having to buy a new one, right? Mmm nope. Well I bought one or two for Darris, but turns out he and my 3 years old girl Dellynn was not very of fond putting everything into their mouth. But this baby seems to have his mouth as hands-expansion. Once something within his grab, the next second it’s in his mouth.

When a baby is growing a tooth, some symptoms like ‘chewy’, drooling, slight fever, or crankiness might occur. Feeding time could become a challenge too since they don’t feel comfortable with their mouth and gum.

Teether won’t be much useful if your baby is not the chewy kind. Maybe the one with freezable gel inside will still work to comfort the swollen gum. But the others will just work as a usual toy. The drooling baby will need a bib more than a teether, while the cranky one just wont stop bugging you or they tend to nurse more often than usual to seek comfort.

So, teether is not for every baby. Teether doesn’t stimulate growing a tooth either. Every baby has their personal schedule when it comes to a milestone. No need to hurry things up. Hurrying things will make us frustrated with multiple failures. The ability / skill will eventually show up when it’s time.

The bottom line is there’s actually no need to give your baby a teether unless he's always looking for something to chew (like your fingers or nipples :) ).  Frozen finger foods will be more useful, healthier, and more hygienic than a teether.

*first published in http://mommiesdaily.com/2009/12/14/first-tooth-teether/

Friday, October 9, 2009

Mini Tote Bag Organizer


Sempet disebut-sebut di posting yang ini, sekarang gue mau bahas khusus si Mini Tote Bag Organizer ini.

courtesy of Jeng Opi van pernakpanik

Keterangan dari Jeng Opi:
- Bentuknya sama kayak Siggy, cuma ngga ada bordiran dan tanpa dust bag
- Ukuran besar: 28 cm X 20 cm X 8cm
- Fully padded (semua dilapisi busa)
- Zippered Pocket on the back

Lho, dulu katanya Siggy Bag? Ho oh, yep, emang. Siggy karena pake signature 'Bencong FD' atau 'MP Addict', istilah yang umum dipake di forum Fashionesedaily (FD). Tapi sekarang karena dipasarkan di luar FD, maka produk yang belakangan gak pake signature. Namanya pun jadi Mini Tote Bag Organizer. Oiyah, bahannya si Mini Tote ngga waterproof, sementara Siggy Bag waterproof. Bahan ngga terlalu signifikan kayaknya yah? Apa mau dipake brenang? :D

Sesuai namanya, gunanya yaaa...bikin tas lebih terorganisir :D
Gue sampe ga pernah beli tas yang blong gitu gara-gara ga tahan semua barang campur aduk jadi satu di dasar tas. Tapi sekarang udah ada Mini Tote Bag Organizer doongg...bukan masalah lagi doongg...

Seberapa banyak barang yang bisa di-organize sama tas kecil ini? Berikut hasil abuse-an gue :))


detilnya (nyontek posting sebelumnya):
- tisu basah 2 pak, tisu kering 2 pak
- lipetan kantong kresek,
- 2 diaper biasa, 1 diaper pants,
- 1 stel (atas bawah) baju cadangan Devan,
- sewadah kapas basah buat cebok,
- toiletries (BBW Pocket Bac 90ml, BBW Splash Dancing Waters 60ml, talk mini, minyak telon 30ml, baby cream 50ml),
- printilan lain (kasa alkohol sachet, karet, recehan, cottonbud, korek api *ngga gw ngga ngerokok, demikian pula bapaknya krucil* - jangan tanya buat apaan printilan ini, anggep aja p3K :D)

Di sisi kiri (ato kanan, terserah ngeliatnya dari mana :D), ada kaitan buat nyangkutin kunci (bisa kunci rumah ato kendaraan), supaya ngga ribet kudu ubek-ubek seisi tas sekedar buat nyari kunci yang kelelep. Sisi satunya sebenernya gue udah rikues untuk dikasi kaitan juga, tapi rupanya blue printnya tidak begitu *lirik juragan bagO*. Maka akhirnyalah gue sangkutin sendiri kuncian dustbagnya *astaga, kesian benneerr*, biar ada! Wahahaha...


Kaitan yang ini gue pake nyangkutin tali panjang tempat nyangkutnya hape :D
Kenapa? Supaya hape tersebut tidak kelelep juga sebagaimana kunci-kunci tadi ceritanya. Tinggal tarik talinya, kepancing dah hapenya :))
Kenapa gak diselipin ke pocket Mini Tote seperti seharusnya? Yaelah, kaga liat luh udah segitu isinya? :P

Salah satu sisi luar Mini Tote ini, ada pocket yang pake ritsleting. Keliatan kan dari gambar Mini Tote biru diatas? Bisa buat hape, small change, ato apa aja deh yang sekiranya perlu diamanin lebih ketat :D

So, that's how I change my bag, into Diaper Bag...
*yah well, selain karena kikir males beli diaper bag beneran yang harganya juta-juta itu cencunyah hihihihi...*

Friday, June 12, 2009

Kalau Bayimu Dibilang Hipoglikemik ...

(as posted by Ellen Kristi at Facebook Notes)
Share
Yesterday at 2:41pm

Salah satu faset dari cerita lahirnya Gandhi adalah diagnosis dia mengalami hipoglikemia alias gula darah rendah.

Alkisah, setelah selesai IMD dan Gandhi dibawa ke ruang perawatan untuk dibersihkan dsb., datanglah seorang perawat memberitahuku: "Bu, bayinya nanti belum bisa rooming-in dulu karena setelah diperiksa gula darah sewaktu (GDS)-nya kurang dari 45, padahal bayi Ibu besar, lebih dari 4kg. Jadi kata dokter harus diberi susu formula dulu supaya GDS-nya paling tidak 50."

Tentu saja aku kaget dan spontan menolak. Wong sudah tanda tangan pernyataan mau ASIX kok tiba2 anak mau didublak sufor. Kebetulan perawat itu juga tidak bisa menerangkan dengan jelas pengaruh GDS rendah pada kondisi bayi. Cuma bilang, "nanti bisa kejang-kejang" ... hahhh??? Itu ilmiah atau cuma akal-akalan biar bayi dikasih sufor ya? Soalnya sampai hari itu juga, aku belum pernah dengar ketentuan bayi besar harus dikasih sufor kalau GDS-nya rendah --- wong di kliniknya ibuku juga suka ada bayi besar (malah sampai 4,5kg) tapi ga pernah dicek GDS dan tidak pernah ada riwayat bayi kejang karena GDS rendah. Jadi, dengan kukuh aku bilang TIDAK SETUJU bayiku dikasih sufor dan si perawat dengan wajah agak gimana gitu bilang, "Ya, itu hak Ibu, pokoknya kan kami sudah memberitahu."

Sampai di kamar, aku langsung minta Gandhi diantar rooming-in dan mulailah proses belajar menyusu. Ternyata gampang banget, Gandhi langsung pinter dan aktif menyusu. Beberapa jam kemudian, menjelang jam 9 malam kayaknya, si perawat yang tadi masuk lagi ke kamar dan tanya apa ASI-ku sudah keluar. Aku bilang iya. Apa bayinya sudah bisa menyusu. Lagi-lagi kubilang iya, kutegaskan bayiku nyusunya kenceng dan ASI-ku juga dah banyak (banyak kan relatif to???). "Kalau begitu saya bawa dulu bayinya untuk dites lagi GDS-nya ya!" Halah .... ternyata soal GDS lagi!

Dalam hati aku heran, kenapa sih soal GDS ini kayaknya penting banget, sampe malam2 Gandhi harus dites (dengan dicoblos??). Tapi aku ngerasa ditantang, apa betul ASI-ku dah keluar, jadi kuijinkan Gandhi dites dengan peringatan, "Pokoknya saya ga mau bayi saya dikasih sufor lo, Sus!" Si perawat agak kesal wajahnya dan menukas, "Iya, itu kan hak ibu mau dikasih sufor atau tidak ..." Kira2 setengah jam kemudian, si perawat mengembalikan Gandhi ke kamar dan memberitahu, "GDS-nya sudah bagus kok, Bu, 49." Aku juga ikut lega ... berarti ASI-ku bekerja dengan baik :-) dan sejak itu sampai kami pulang besoknya DSA dan si perawat ga pernah ribut lagi soal GDS.

Jadi, bagaimana sebetulnya duduk perkara soal GDS ini secara ilmu kesehatan anak?

DSA di rumkit sempat mencoba menjelaskan, tapi tidak jauh beda dari si perawat. Hanya bilang kalau bayi besar dan GDS rendah bisa berisiko anak kejang-kejang. Entah karena si dokter sibuk mau visit ke bayi yang lain atau akunya yang males minta penjelasan lebih lanjut, cukup sekianlah argumennya. Sangat tidak jelas, bagiku.

Aku baru mendapat jawaban yang lengkap waktu baca2 buku baru --- The Ultimate Breastfeeding Book of Answers tulisan Dr. Jack Newman dan Teresa Pitman --- yang dikadokan konco2 AIMI Semarang hari Minggu lalu. Ada di halaman 301-307. Berikut ini intisarinya:

FAKTOR RISIKO

Ternyata betul. Bayi tertentu berisiko mengalami hipoglikemia dan akibatnya bisa fatal. Penurunan kadar gula darah yang serius dapat menyebabkan kejang, kerusakan otak, bahkan kematian.

Tetapi, bayi 'tertentu' mana yang berisiko itu?

1. Bayi dari ibu penderita diabetes --- karena sejak dalam kandungan, bayi sudah terbiasa mengeluarkan insulin kadar tinggi untuk mengatasi tingginya kadar gula dalam darah ibu. Ketika ia lahir, ia tidak lagi mendapat asupan gula dari ibunya, tetapi mekanisme sekresi hormon insulinnya belum bekerja baik, sehingga kadar gula darah bayi turun secara drastis.

2. Bayi yang lahir prematur --- karena tidak memiliki banyak cadangan glikogen (gula kompleks yang bisa digunakan sewaktu2 kalau tubuh butuh glukosa), juga mekanisme produksi gula darah mereka belum berkembang dengan baik.

3. Bayi yang kurang gizi selama kehamilan, berat badan lahir terlalu rendah sekalipun lahir cukup umur --- karena alasan yang sama dengan bayi prematur.

4. Bayi yang 'stres' --- terutama stres akibat proses persalinan yang sulit atau stres karena perbedaan suhu udara antara dalam kandungan dan di dunia luar.

Intinya: bayi normal yang lahir tepat waktu kecil kemungkinan bahkan hampir tidak ada kemungkinan mengalami hipoglikemia.

Bagaimana dengan bayi besar (lebih dari 4kg)? Bayi besar sering dicurigai hipoglikemik karena biasanya bayi dari ibu penderita diabetes berukuran besar. Tapi kalau bayi besar yang normal, artinya kedua ortu tidak ada riwayat diabetes, sebetulnya tidak ada dasar untuk mencurigainya hipoglikemik.

Lantas, ini yang penting ...

APAKAH BAYI HIPOGLIKEMIK HARUS DIBERI SUFOR?

Jawabannya: TIDAK! Justru bayi hipoglikemik harus segera mendapat asupan kolostrum dari ASI, baik langsung menyusu ke ibu atau berbentuk ASIP atau donor ASI. Kenapa? Karena kolostrum adalah makanan terbaik bagi bayi untuk membantu mencegah hipoglikemia. Sebab, kolostrum tidak merangsang pembentukan insulin (yang akan menurunkan kadar gula darah). 

Sebaliknya, susu formula justru mengandung berbagai macam nutrisi yang merangsang produksi insulin. Insulin tidak hanya menurunkan kadar gula darah, tetapi juga kadar gizi lain yang dibutuhkan bayi kalau tidak punya cukup glukosa, yi. asam lemak bebas dan ketone.

Telah diamati Dr. Newman, kadar gula darah bayi bereaksi lebih cepat dan terjaga dengan baik jika bayi mendapat kolostrum, bukan sufor. "Salah satu alasannya mungkin adalah karena insulin tidak dilepaskan sebagai reaksi atas kolostrum."

Juga untuk bayi yang kadar gula darahnya turun akibat stres, yang terbaik bagi bayi itu adalah sesegera mungkin kontak kulit dengan ibunya dan menyusu. Ia akan merasa hangat, mendapat asupan kolostrum, dan lebih cepat mengatasi stres + hipoglikemianya.

Jadi, kalau suatu waktu bayimu didiagnosis hipoglikemia, jangan ragu2 untuk menjawab, "Berarti harus rawat gabung dong, Dok/Sus, supaya bayi saya bisa segera dan sesering mungkin menyusu, kan kolostrum yang terbaik untuk menjaga kadar gula darah bayi!"